Minggu, 03 Maret 2013

sejarah sumur miring



Sumur Miring di ISI Yogya, Karya Seni yang Menunggu Ambruk
Sumur Miring ini menjadi semacam ikon, semacam penciri khas, setidaknya untuk kawasan itu. Bahkan identitas ini juga melebar dan meluas menjadi bagian ciri khas dari ISI itu sendiri. Sumur Miring menjadi semacam monumen yang mengingatkan orang akan ISI atau akan kawasan Dusun Prancak, dusun tempat ISI berdiri.
sumur miring ISI, dekat Kampus ISI, Bantul, foto: a.sartono
sumur miring ISI bukan sumur dalam arti sebenarnya, tapi kreasi seni
Kata sumur bukan merupakan kata yang asing bagi telinga orang Indonesia. Demikian pun dengan makna kata tersebut. Akan tetapi sumur miring mungkin terdengar sedikit aneh karena tidak lazim. Lebih tidak lazim lagi karena sumur tersebut memang sengaja dibuat miring. Sumur Miring, yang sungguh sengaja dibuat miring, mungkin hanya terdapat di Yogya.
Sumur yang berada di sisi barat kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Sewon, Bantul, tersebut sengaja dibuat miring oleh pembuatnya mungkin dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mencengkeramkan ingatan orang akan keberadaannya yang tidak lazim (aneh). Keanehan itu itu memang dikreasikan oleh seniman ISI.
Sumur Miring itu merupakan kreasi seni media luar ruang, bagian dari kreasi seni instalasi yang dibuat oleh seniman kelahiran Magelang 23 Februari 1973 yang bernama Andi Sules. Kreasi seni ini dibuatnya pada tahun 2004. Jadi hingga kini usianya sudah mencapai delapan tahun.
Penempatan Sumur Miring ini berada di persimpangan (pertigaan) jalan yang cukup strategis di sisi barat kampus ISI. Letaknya yang persis di sudut pertigaan jalan menyebabkan keberadaan Sumur Miring ini mudah dilihat orang. Dengan demikian tujuan agar keberadaannya supaya selalu diingat orang tampaknya berhasil.
sumur miring ISI dekat Kampus ISI, Bantul
Karena sebagai karya seni, ya tidak ada airnya
Sumur Miring ISI mungkin memang dibuat dengan maksud sebagai kreasi seni. Akan tetapi karena ingatan orang akan keberadaannya terus mengendap, maka Sumur Miring ini menjadi semacam ikon, semacam penciri khas, setidaknya untuk kawasan itu. Bahkan identitas ini juga melebar dan meluas menjadi bagian ciri khas dari ISI itu sendiri. Sumur Miring menjadi semacam monumen yang mengingatkan orang akan ISI atau akan kawasan Dusun Prancak, dusun tempat ISI berdiri.
Tentu bukan merupakan hal yang mudah untuk membangun sumur dengan konstruksi miring. Untuk membangunnya diperlukan pengetahuan akan seni bangunan. Diperlukan pengetahuan akan perhitungan mekanika. Posisi miring dari pasangan batu bata yang direkat dengan semen mungkin untuk waktu tertentu masih akan bisa cukup kuat. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu dimana semua benda fisik bisa mengalami keausan, lebih-lebih dengan gaya tekan atau gaya tarik yang tidak seimbang, akan sangat mempengaruhi kekuatan konstruksi dari bangunan tersebut.
Keausan konstruksi Sumur Miring ini pun sudah terlihat. Sebagian sambungan antara tiang dengan dinding sumur telah mengalami pelepasan batu bata di beberapa titik. Hal ini menunjukkan pergeseran posisi sambungan, yang terjadi karena beban gaya tarik dan tekan tidak seimbang karena faktor kemiringan yang sengaja dibuat. Jika hal ini dibiarkan maka tiangnya suatu saat akan roboh.
sumur miring ISI dekat Kampus ISI, Bantul, foto: a.sartono
sumur miring ISI lama-kelamaan bisa roboh juga
Sumur Miring memang tidak dimaksudkan sebagai sumur dalam arti sesungguhnya, sebagai sumber air. Ia hanyalah bagian dari kreasi seni instalasi. Perhatikan saja roda kerekan ’penarik tali’-nya pun ada tiga buah dan dipasang berdekatan. Bahkan satu rodanya dipasang terbalik (menghadap ke atas). Sumur Miring ini juga tidak dalam, tidak lebih dari satu meter, pun tiada air di dalamnya.
Di Yogya ada begitu banyak fenomena unik dan menarik. ISI salah satu dari daya tarik itu. Sumur Miring juga bagian kecil dari daya tarik Yogya dan ISI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar